SELAMAT HARI PAHLAWAN

Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai jasa para pahlawannya. Mungkin kalian pernah mendengan ungapan itu. Ungkapan tersebut ditujukan kepada para pahlawan kita yang rela berkorban demi terwujudnya Indonesia merdeka. Kalian dapat membayangkannya bukan? Bahwa kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 tidak didapat dengan mudah, melainkan dengan pengorbanan darah dan air mata dari para pendahulu kita. Melihat hal tersebut menjadi sebuah keharusan bagi generasi muda untuk selalu mengenang jasa-jasa pahlawan yang telah gugur. Menjadi pahlawan tidaklah mudah, apalagi hingga diakui oleh negara. Setidaknya pemberian gelar pahlawan harus mengacu kepada beberap indikator salah satunya adalah pernah memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata atau perjuangan politik atau perjuangan dalam bidang lain untuk mencapai, merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. Dewasa ini model perjuangan yang dilakukan tidak lagi seperti masa penjajahan kolonial Belanda, masa merebut kemerdekaan, hingga masa mempertahankan kemerdekaan, namun lebih komplek seiring berkembangnya pengetahuan dan teknologi. Kemudian apakah dari kita saat ini mampu menjadi pahlawan? Pertanyaan tersebut mungkin akan muncul melihat tidak ada lagi praktik kolonialisme dan imperialisme yang terjadi, namun jika mengutip perkataan Bung Karno “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Tapi perjuangan kalian akan lebih berat, karena melawan bangsa sendiri,” Mungkin, hari ini kita masih bingung memaknai ungkapan tersebut.

      Sulit dibayangkan ketika zaman yang serba mudah ini malah membuat para pahlawan masa kini lebih sulit berperan. Nampaknya kata-kata Bung Karno tersebut terlihat nyata manakala Indonesia memasuki periode 1948-1965. Pada periode tersebut terjadi berbagai pergolakan di daerah yang mengancam kesatuan bangsa yang secara susah payah disatukan oleh faunding father kita. Lewat kejadian tersebut, memicu munculnya berbagai sudut pandang mengenai penamaan pahlawan, seperti kontribusi seni dan sastra dalam mewujujudkan integrasi yang digalakkan oleh Ismail Marzuki lewat karya-karyanya, kemudian ketokohan Sultan Hamengku Buwono IX dan Sultan Syarif Kasim II yang rela mengutamakan kepetinggan negara di atas gelar kebangsawanan mereka.  Kemudian saat ini apa yang dapat kita lakukan? Ada banyak hal yang sesungguhnya dapat kita lakukan untuk dapat disebut “Pahlawan” atau mengenang jasa para pahlawan. Kita dapat memulainya dari hal kecil seperti menjaga lingkungan dari sampah, belajar dengan giat, melaksanakan kewajiban dengan penuh tanggung jawab, mengharumkan bangsa dan negara lewat prestasi baik dibidang akademik maupun non akademik, tidak terprovokasi oleh berita hoax, selalu mencermati setiap informasi dengan teliti, membantu masyarakat yang mengalami kesulitan sesuai kemampuan, menghormati sesama dan orang tua dan masih banyak lagi prilaku positif yang dapat kalian lakukan untuk menjadi “Pahlawan masa kini”, apalagi di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang untuk menjadi pahlawan sangatlah mudah, kalian cukup mematuhi intruksi pemerintah mengenai protokol pencegahan Covid-19 demi kepentingan kita bersama.

     Bagaimana mudah bukan? Kiranya dengan menerapkan tindakan-tindakan positif di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat akan memberikan vibrasi positif pula kepada setiap orang disekitar kita, sehingga pemaknaan hari pahlawan dewasa ini tidak selalu berorientasi kepada mengorbankan jiwa dan raga dalam melawan penjajah yang sudah tidak ada lagi, namun lebih kepada tindakan sederhana yang memeberikan dampak besar kepada lokalitas sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.