PERMASALAHAN SAMPAH DITINJAU DARI PERSPEKTIF TEORI STRUKTURAL-FUNGSIONALISME

Permasalahan Sampah Ditinjau dari Perspektif Teori Struktural-Fungsionalisme

     Dewasa ini permasalahan sampah tidak dapat dipandang sebelah mata, justru masalah ini menjadi isu Nasional dan Global. Bayankangkan saja pencemaran yang diakibatkan oleh sampah tidak hanya menjadikan lingkungan kotor dan kumuh, juga dapat mempengaruhi sektor pariwisata suatu daerah, menggangu kesehatan, menyebabkan bencana dan lain sebagainya. Untuk membenahi kondisi tersebut sesungguhnya pemerintah daerah sudah membuat program penanggulangan sampah, salah satunya adalah memberikan akses kepada truk pengangkut sampah ataupun pasukan kuning untuk datang langsung ke lokasi mengambil sampah, tetapi usaha tersebut jauh dari harapan. Justru permasalahan sampah semakin hari semakin bertambah.  Setidaknya ada beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat membuang sampah sembarangan di antaranya.

A. Sistem Belief

     Kesadaran masyarakat terhadap perilaku membuang sampah saat ini dapat dikatakan sangat kurang. Kemungkinan di dalam pikiran alam bawah sadar masyarakat menganggap bahwa membuang sampah sembarangan bukan sesuatu hal yang salah dan wajar untuk dilakukan. Sangatlah mungkin masyarakat merasa bahwa perilaku membuang sampah sembarangan ini bukan suatu hal yang salah dan tidak berdosa.

B. Norma dari Lingkungan Sekitar

     Pengaruh lingkungan merupakan suatu faktor besar di dalam munculnya suatu perilaku. Perilaku membuang sampah sembarangan ini tentu tidak akan pernah lepas dari pengaruh lingkungan sekitar. Saat ini, dalam menangggapi masalah pembuangan sampah sembarangan sudah menjadi pola perilaku di masyarakat yang “biasa” atau legal karena semua orang melakukannya. Anak-anak hingga orang dewasa setelah berbelanja dengan gampangnya membuang sisa bungkus makanan sembarangan. Sebagai contoh seseorang dalam sehari mampu berbelanja minimal 2 kali maka dapat dibayangkan berapa sampah yang ia sumbangkan. Kondisi tersebut seolah-olah dibiarkan oleh masyarakat dengan tidak memberikan pengertian akan pentingnya menjaga lingkungan dari sampah. Secara tidak sadar maka perilaku membuang sampah sembarangan akan menjadi suatu bentukan perilaku yang terinternalisasi di dalam pikiran bahwa membuang sampah sembarangan bukanlah hal yang salah. Perlu diingat, cara seseorang manusia belajar yang paling mudah adalah dengan imitasi dan sebagain besar masyarakat belajar suatu perilaku adalah dengan imitasi.

C. Perceived Behavior Control

     Seseorang akan melakukan suatu tindakan yang dirasa lebih mudah untuk dilakukannya karena tersedianya sumber daya. Jadi, orang tidak akan membuang sampah sembarangan bila tersedia banyak tempat sampah di pinggir jalan.

D. Lingkungan yang Kotor

     Tempat yang kotor dan memang sudah banyak sampahnya membuat orang yakin bahwa membuang sampah sembarangan diperbolehkan. Warga sekitar tanpa ragu untuk membuang sampah pada tempat yang dimaksud. Kondisi tersebut sangat meprihatinkan selain membuang sampah sembarangan tindakan dengan jalan membakar sampah akan menambah permasalahan baru bagi lingkungan, pencemaran udara hingga menipisnya lapisan ozzon akibat asap pembakaran akan memperparah kondisi alam saat ini.

E. Permasalahan Sampah Ditinjau dari Perspektif Teori Struktural-Fungsionalisme

     Selain faktor yang telah di uraikan di atas, permasalahan sampah dapat dibedah dari berbagai macam teori. Salah satu teori yang akan digunakan adalah teori struktural fungsional. Teori ini menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri dari berbagai elemen yang saling berkaitan satu sama lain membentuk hubungan yang harmonis. Apabila salah satu elemen tidak menjalankan fungsinya, hal inilah yang mengakibatkan masalah bagi elemen yang lainnya. Begitu halnya juga menanggapi permasalahan pencemaran sampah di lingkungan sekitar kita. Bahwa permasalahan sampah itu terjadi dikarenakan elemen-elemen di masyarakat tidak berfungsi sesuai dengan tugas mereka masing-masing, hubungan tersebut dapat digambarkan seperti diagram di bawah ini.

     Kita ambil saja contoh pekerja angkut sampah yang mestinya datang setiap hari, namun melakukan tugasnya hanya satu kali kerja dalam seminggu. Sedangkan sampah yang dihasilkan hampir setiap hari dalam debit yang banyak. Oleh karena itu, kebanyakan masyarakat sekitar mengambil langkah lain seperti membuang sampah pada lokasi-lokasi tak berpenghuni dan lebih parahnya lagi di saluran air maupun sungai.  Meskipun sarana prasaran yang disediakan oleh DKP sudah memadai. Dari keterangan di atas sesunguhnya sarana dan prasarana untuk mengendalikan sampah dapat teratasi, apalagi perpanjangan tangan dari DKP yang diunjuk langsung untuk menangani sampah di setiap lokasi sudah ada. Tetapi permasalahan sampah justru semakin sulit untuk di berantas. Untuk menunjang sarana dan prasarana di atas pemerintah daerah juga telah membuat regulasi mengenai waktu pembuangan sampah yakni dari pukul 17.00-19.00 WITA. Harapanya agar sampah yang di buang oleh masyarakat dapat diangkut di tempat-tempat yang telah di tentukan. Tetapi sekali lagi permasalahan berada pada masyarakat itu sendiri yang tidak menaati peraturan yang telah dikeluarkan, masyarakat dengan seenaknya membuang sampah dimanapun dan kapanpun mereka mau, yang berakibat pada semakin beratnya pekerjaan DKP.

     Selain itu, fungsi aparat pun seringkali tidak memberikan sanksi bagi masyarakat yang membuang sampah atau memberikan sarana tempat pembuangan sampah untuk umum. Kerja gotong-royong pun yang mestinya setiap 1 minggu sekali jarang dilakukan akibat kesibukan masing-masing warga. Hal inilah yang melatarbelakangi sampah kian hari semakin bertambah.